← Bab Sebelumnya (Verba transitif dan intransitif) | | Daftar Isi | | Bab Berikutnya (Partikel yang berkaitan dengan nomina) → |
Kamu tidak bisa menggunakan 「だ」 untuk langsung memodifikasi nomina dengan nomina lain,
tapi kamu bisa melakukannya dengan 「だった」、「じゃない」、dan 「じゃなかった」. |
Tapi kamu bisa merangkai nomina secara berjejeran jika mereka tidak dimaksudkan untuk memodifikasi satu sama lain. Contohnya, pada frasa seperti "Pusat Pendidikan Internasional", kamu bisa melihat bahwa itu hanyalah serangkaian nomina yang tidak melakukan modifikasi tata bahasa apapun. Yang tertulis bukanlah "Pusat Pendidikan yang Internasional" atau "Pusat untuk Pendidikan Internasional", tapi hanya "Pusat Pendidikan Internasional". Di bahasa Jepang, hal ini juga bisa dinyatakan dengan sederhana sebagai 「国際教育センタ」 (atau 「センター」). Kamu akan banyak menemukan rantai nomina seperti ini. Kadang-kadang, kombinasi tertentu sangatlah umum sehingga bisa dianggap sebagai suatu kata sendiri dan bahkan didaftar sebagai suatu kata pada kamus-kamus tertentu. Beberapa contohnya adalah 「登場人物」、「立入禁止」、dan 「世界大戦」. Kalau kamu kesulitan melakukan pembagian katanya, kamu bisa masukkan teksnya ke fasilitas penerjemah kata pada kalimat WWWJDIC dan situs tersebut akan memberikan jawabannya (umumnya).
(1) 学生じゃない人は、学校に行かない。
- Orang yang bukan murid tidak pergi ke sekolah.
(2) 子供だったリナが立派な大人になった。
- Rina yang dulu anak kecil menjadi orang dewasa yang elegan.
(3) 友達じゃなかったリナは、いい友達になった。
- Rina yang dulu bukan teman menjadi teman baik.
(4) 先週に医者だったジャヤは、仕事を辞めた。
- Jaya yang minggu lalu adalah dokter keluar dari pekerjaannya.
(1) 先週に映画を見た人は誰?
- Siapa orang yang menonton film minggu lalu?
(2) アンドレは、いつも勉強する人だ。
- Andre adalah orang yang selalu belajar.
(3) 赤いズボンを買う友達はジャヤだ。
- Teman yang membeli celana panjang merah adalah Jaya.
(4) 晩ご飯を食べなかった人は、映画で見た銀行に行った。
- Orang yang tidak makan malam pergi ke bank yang dia lihat di film.
Struktur kalimat paling sederhana di bahasa Indonesia bisa dituliskan sebagai berikut: [Subjek] [Verba] [Objek]. Suatu kalimat menjadi kacau jika urutan itu dibolak-balik. Misalnya, artinya bisa berubah dari "Kamu makan ikan" menjadi "Kamu ikan makan" (Kamu adalah ikan yang makan?). Bahasa Inggris juga kebetulan strukturnya adalah [Subjek] [Verba] [Objek].
Di lain sisi, para pelajar bahasa Jepang akan dengan bangga dan PD menyatakan bahwa bahasa Jepang urutannya terbalik! Bahkan beberapa guru bahasa Jepang juga akan mengajarkan bahwa urutan dasar kalimat bahasa Jepang adalah [Subjek] [Objek] [Verba]. Ini adalah contoh klasik memaksakan bahasa Jepang ke dalam kerangka berpikir bahasa-bahasa barat. Tentu saja, kita semua tahu (iya kan?) bahwa urutan sebenarnya dari kalimat bahasa Jepang fundamental adalah: [Verba]. Apapun yang muncul sebelum verbanya tidak harus muncul dengan urutan tertentu dan sebetulnya hanya dengan verba suatu kalimat sudah benar dan lengkap. Yang perlu diingat hanyalah bahwa verba harus selalu muncul di akhir. Kalau tidak, buat apa kita punya partikel? Alasan satu-satunya partikel dipakai adalah agar peran suatu kata bisa diketahui di manapun letaknya pada kalimat. Tidak ada aturan yang melarang kita membuat kalimat [Objek] [Subjek] [Verba] atau bahkan hanya [Objek] [Verba]. Semua kalimat di bawah ini benar dan lengkap karena ada verba di akhir kalimatnya.
Jadi kamu tidak perlu sampai keluar keringat dingin memikirkan apakah kalimatmu sudah benar urutannya. Ingat saja aturan berikut: